Selasa, 31 Desember 2013

Ibu Sari

Desember 2002 suaminya yang bernama Sumadi sudah meninggal karena penyakit kangker ganas yang hinggap sudah sejak tahun 2000. Kini dia tinggal dengan dua orang anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Ibu ini bernama Sari dan kedua anaknya yang bernama Annis dan Sem. Ketika Ibu Sari duduk dan termenung ia sadar bahwa sekarang ia harus mencari pekerjaan agar ia dan kedua anaknya dapat terus tetap hidup. Ia sadar bahwa anak – anaknya adalah anak – anak yang pandai jadi sangat disayangkan jika ia harus mengorbankan anak – anaknya. Karena satu – satu nya asset ia hanyalah anak – anak mereka.
            Setelah beberapa hari suaminya meninggal Ibu Sari bergegas untuk membuka warung kecil – kecilan dirumahnya. Karena, menurut ia jika dia membuka usaha dirumah anak – anaknya masih dapat dia urusi juga. Tetapi apa daya usaha yang diritis Ibu Sari gagal karena ia harus membayar utang – utangnya kepada rentenir untuk mengobati suaminya dahulu. Dia bingung kalau terus –terusan begini bagaimana anak – anaknya karena dia sudah tidak memiliki harta apapun. Dan akirnya ia memutuskan untuk berunding dengan saudara – saudaranya bagaimana yang harus ia lakukan. Kemudian kaka Ibu Sari memutuskan bahwa utang – utang yang dimiliki Ibu Sari akan ia lunasi semua. Mendengar keputusan itu Ibu Sari sanggat bahagia dan mengucapkan terimakasih kepada kakanya. Dan karena sakarang Ibu Sari sudah tidak memiliki uang untuk modal usaha maka sekarang Ibu Sari mencari pekerjaan baru yang tidak membutuhkan modal berupa uang dan bisa ia kerjakan. Dan menjadi pembantu rumah tangga adalah solusinya.
            Keesokan harinya Ibu Sari melamar pekerjaan di komplek sebuah perumahan yang letaknya tak jauh dari rumahya. Dan syukur Alhamdulillah Ibu Sari dapat diterima menjadi pembantu rumah tangga. Karena memiliki dua orang anak maka setiap sore Ibu Sari pulang ke rumahnya. Dan setiap hari ketika ia pulang bekerja ia sudah selalu disambut hangat oleh kedua anaknya. Dan pada saat malam hari ketika Ibu Sari melihat anak – anaknya belajar ia merasa memiliki pecutan. Karena anak – anaknya begitu semangat dalam belajar. Jadi mau tidak mau Ibu Sari harus semakin semangat bekerjanya.  Dan kini dia dan anak – anaknya hidup lebih layak dibandingkan sebelumnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar