Rabu, 04 Mei 2016

Sebuah Proses Yang Tidak Mudah




                Banyak wanita yang mengagumi sosoknya, entah karena pakaian kebesarannya, atau karena ia nampak tegap dan gagah. Mungkin karena ini yang banyak orang mengangapnya “pemain cinta” yah pendapat ini juga pernah tertanam di pikiran saya. Mungkin ini alasan saya dulu tidak pernah mau dekat dengan sosok sepertinya, walaupun saya memiliki Ayah seorang prajurit. Tetapi semakin dewasa saya mulai berfikir bahwa tidak selamanya seorang abdi negara adalah pemain cinta, dan ini terbukti dari sesosok Ayah yang tidak pernah bermain cinta dibelakang Ibu.
                Dan saat ini saya adalah pendamping seorang abdi negara, entah hubungan ini berakir dipelaminan atau amit – amit. Yah saya bangga dan saya senang mendampingi seorang Sersan Dua, bukan karena pangkatnya atau karena pakaian kebesarannya. Karena dari dia lah saya dapat memetik banyak hikmah dan pelajaran. Belajar bagimana BERSABAR, PERCAYA DAN MENUNGGU. Yah mungkin ini adalah sebuah cerita cinta yang tidak bisa saya temui dari lelaki lain, karena bisa dibilang saya adalah wanita yang tidak sabar. Tetapi entah kenapa begitu saya mengenal sosoknya, mendalami  kepribadiannya saya kagum. Mungkin ini adalah tantangan terberat saya juga, wanita manja dan cengeng tapi berani mengambil resiko yang bersar. Iyah menurut saya mendampingi sosok seperti dia adalah resiko besar. Karena bisa dibilang saya itu cengeng dan gampang mengeluh.  Pada hal awalnya saya sudah dikasih tau segala resiko yang harus saya hadapi ketika saya mendampingi dia. Dia bukanlah lelaki yang banyak berbicara bukan juga lelaki yang romantis, bahkan bisa dibilang jauh dari apa yang saya idam – idamkan dulu. Dia adalah lelaki yang cuek, tidak romantis, bahkan susah sekali memberi kabar. Yah mungkin karena sikap dan sifatnya ini yang dapat merubah saya menjadi seperti sekarang ini.
                Saya sangat setuju dengan pendapat yang mengatakan “hanya wanita kuatlah yang sanggup mendampingi seorang abdi negara” yah ini benar sekali. Karena kegitannya yang begitu padat dan tak terduga ini yang menuntut wanita abdi negara itu harus kuat. Walaupun terkadang banyak terselip kehawatiran, bahkan air mata karena harus sok kuat menahan rindu biar lelakinya tidak pikiran saat menjalankan amanah, bukan hanya rindu tetapi yang paling membuat hati sedih itu terkadang karena dia terlalu banyak kegiatan sampai kurang tidur apa lagi kalau sudah mendengar dia sakit. Rasanya itu kayak mau samperin ke barak tapi apa daya gak bisa apa apa dan Cuma bisa nangis.
                Jujur kadang suka kesel mungkin banyak orang nilai ini berlebihan, tapi saya yakin belum tentu mereka yang bilang seperti itu kuat ada di posisi saya. Karena dari beberapa pendamping abdi negara apa yang mereka rasa rata – rata samaloh seperti yang saya rasa. Dan semoga pengorbanan ini tidak ada akirnya.