Banyak wanita
yang mengagumi sosoknya, entah karena pakaian kebesarannya, atau karena ia
nampak tegap dan gagah. Mungkin karena ini yang banyak orang mengangapnya “pemain
cinta” yah pendapat ini juga pernah tertanam di pikiran saya. Mungkin ini
alasan saya dulu tidak pernah mau dekat dengan sosok sepertinya, walaupun saya
memiliki Ayah seorang prajurit. Tetapi semakin dewasa saya mulai berfikir bahwa
tidak selamanya seorang abdi negara adalah pemain cinta, dan ini terbukti dari
sesosok Ayah yang tidak pernah bermain cinta dibelakang Ibu.
Dan saat
ini saya adalah pendamping seorang abdi negara, entah hubungan ini berakir
dipelaminan atau amit – amit. Yah saya bangga dan saya senang mendampingi
seorang Sersan Dua, bukan karena pangkatnya atau karena pakaian kebesarannya. Karena
dari dia lah saya dapat memetik banyak hikmah dan pelajaran. Belajar bagimana
BERSABAR, PERCAYA DAN MENUNGGU. Yah mungkin ini adalah sebuah cerita cinta yang
tidak bisa saya temui dari lelaki lain, karena bisa dibilang saya adalah wanita
yang tidak sabar. Tetapi entah kenapa begitu saya mengenal sosoknya,
mendalami kepribadiannya saya kagum. Mungkin
ini adalah tantangan terberat saya juga, wanita manja dan cengeng tapi berani
mengambil resiko yang bersar. Iyah menurut saya mendampingi sosok seperti dia
adalah resiko besar. Karena bisa dibilang saya itu cengeng dan gampang
mengeluh. Pada hal awalnya saya sudah
dikasih tau segala resiko yang harus saya hadapi ketika saya mendampingi dia. Dia
bukanlah lelaki yang banyak berbicara bukan juga lelaki yang romantis, bahkan
bisa dibilang jauh dari apa yang saya idam – idamkan dulu. Dia adalah lelaki
yang cuek, tidak romantis, bahkan susah sekali memberi kabar. Yah mungkin
karena sikap dan sifatnya ini yang dapat merubah saya menjadi seperti sekarang
ini.
Saya sangat
setuju dengan pendapat yang mengatakan “hanya wanita kuatlah yang sanggup mendampingi
seorang abdi negara” yah ini benar sekali. Karena kegitannya yang begitu padat
dan tak terduga ini yang menuntut wanita abdi negara itu harus kuat. Walaupun terkadang
banyak terselip kehawatiran, bahkan air mata karena harus sok kuat menahan rindu
biar lelakinya tidak pikiran saat menjalankan amanah, bukan hanya rindu tetapi
yang paling membuat hati sedih itu terkadang karena dia terlalu banyak kegiatan
sampai kurang tidur apa lagi kalau sudah mendengar dia sakit. Rasanya itu kayak
mau samperin ke barak tapi apa daya gak bisa apa apa dan Cuma bisa nangis.
Jujur kadang
suka kesel mungkin banyak orang nilai ini berlebihan, tapi saya yakin belum
tentu mereka yang bilang seperti itu kuat ada di posisi saya. Karena dari
beberapa pendamping abdi negara apa yang mereka rasa rata – rata samaloh seperti
yang saya rasa. Dan semoga pengorbanan ini tidak ada akirnya.